Minggu, 20 November 2011

ASKEP KATARAK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mata merupakan panca Indera yang penting, tanpa mata hidup kita akan gelap gulita. Bagian mata yakni lensa yang memiliki peranan penting untuk kita dapat melihat juga harus diperhatikan. Meskipun sangat penting, seringkali kita lupa untuk merawatnya secara baik. Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa diperkecil, sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina.
Hal ini justru akan merugikan kehidupan kita, karena dapat mengganggu tingkat produktivitas dan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu negara.
Indonesia sebagai negara yang cukup memperhatikan segi kesehatan ternyata mengalami persoalan yang tidak ringan, terutama yang berhubungan dengan mata dimana jumlah penderita kebutaan di Indonesia sekitar tiga juta orang atau 1,5 persen dari penduduk. Bahkan di Asia menduduki urutan pertama atau urutan ke tiga sedunia, dalam setahun, ada sekitar 200.000 penderita kebutaan baru akibat katarak, Tiap menit ada 12 orang buta di dunia.
Di Indonesia tiap menit ada satu orang menjadi buta.Sebagian besar berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78 persen), glaucoma (0,20 persen), dan kelainan refraksi (0,14 persen) serta penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut. Besarnya jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini berbanding lurus dengan jumlah penduduk usia lanjut yang pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 15,3 juta (7,4 persen total penduduk). Jumlah itu akan bertambah besar di masa depan seiring peningkatan usia harapan hidup.
Gangguan lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometrik. Pasien yang mengalami gangguan-gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa nyeri. Kekeruhan lensa disebut dengan katarak. Beberapa faktor penyebab katarak antara lain yaitu kongenital, usia lanjut, penyakit sistemik, infeksi, sekunder, dan trauma.
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadai sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut.
Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat primer berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa,sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slit lamp,USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
Katarak dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu,tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata.

B.     Rumusan Masalah
1.      Tanda-tanda dan hasil permeriksaan penunjang yang ditunjukan pada kasus diatas mengarahkan ke penyakit apa ?
2.      Kemungkinan apa yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik (komplikasi)
3.      Identifikasinya masalah utama pada pasien berdasarkan konsep patofisiologi yang kalian ketahui ?
4.      Lengkapi data-data klinis dan diagnostik pasien yang sesuai dengan patofisilogi ?
5.      Buat NCP dengan dua diagnosa utama ?

C.    Tujuan
·      Umum
Mengetahui adanya hubungan gangguan sistem indera dengan penyakit Katarak dan cara penanganannya.
·      Khusus
1.      Untuk mengetahui tanda-tanda dan hasil permeriksaan penunjang yang ditunjukan pada kasus
2.      Untuk mengetahui kemungkinan apa yang terjadi pada mata jika tidak ditangani dengan baik
3.      Untuk mengetahui identifikasinya masalah utama pada pasien berdasarkan konsep patofisiologi
4.      Untuk mengetahui data-data klinis tambahan dan diagnostik pasien yang sesuai dengan patofisiologi
5.      Untuk mempelajari Asuhan Keperawatan yang harus diberikan pada pasien




BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, didepan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan dibelakang oleh kapsul posterior. Dibagian dalam kapsul terdapat korteks dan nukleus. Posisi lensa tergantung pada Zonula Zinn yang melekat pada prosesus siliar. Lensa berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lens di dalam dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. 1,6,7
Gambar 1 Anatomi
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliar relaksasi, menegangkan serat Zonula Zinni dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil dalam posisi ini, daya refraksi lebih diperkecil shingga beraks cahaya paralel akan terfokus di retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliar berkontraksi sehinga tegagnan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi sferis diiringi oleh peningkatan daya biasanya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliar, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. 1,6,7
Secara singkat fungsi lensa :
1.      Refraksi : sebagian bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18 D.
2.      Fungsi Akomodasi . Dengan kontraksi otot siliar keteganga zonula zinn berkurang sehingga lensa cembung untuk melihat obyek dekat.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu :
-          Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalamakomodasi untuk menjadi cembung
-          Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
-          Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa dapat berupa
-          Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia
-          Keruh mengakibatkan katarak
-          Tidak berada di tempatnya mengakibatkan subluksasi dan dislokasi.

B.     Definisi Katarak
 Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidarasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. Dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya mempengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Katarak
C.    GEJALA dan TANDA KATARAK
Pada pasien katarak biasanya mengalami keluhan penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan.  Beratnya gangguan penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.  Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
§  Gejala katarak
Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan yang terjadi pada lensa mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat, sehingga gejalanya tidak muncul secara mendadak.
§  Keluhan/gejala yang lainnya
a.       Penglihatan berkabut.
b.      Warna penglihatan terlihat pudar.
c.       Sulit melihat saat malam hari.
d.      Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata.(Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas).
e.       Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata.
f.       Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).
g.      Sering berganti kaca mata.
h.      Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glaukoma).
D.    PENYEBAB KATARAK
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokuler lainnya. Katarak juga dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan beberapa jenis penyakit juga dapat menimbulkan katarak, seperti eserin (0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topical. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senile, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.

            Berbagai penyebab katarak :
·         Usia
·         Keracunan Fisik
·         Keracunan Kimia
·         Keracunan beberapa jenis penyakit (seperti eserin 0,25-0,5%, kortikosteroid, ergot, dan antikolinesterase topical)
·         Penyakit Kelainan sistemik atau metabolic (diabetes mellitus, galaktosemia, dan distrofi miotonik)
·         Penyakit pada mata (glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa)
·         Genetik dan gangguan perkembangan
·         Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
·         Traumatic pada mata
·         Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alcohol
·         Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E
·         paparan sinar radiasi
·         Penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol
·         Kelainan congenital pada mata
·         Tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senile, juvenil)
Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses:
a.       Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.
b.      Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan pertambahan usia.
 Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.
Perbandingan lensa mata normal, dan lensa mata penderita katarak
E. Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasi dalam beberapa golongan antara lain :
·         Berdasar penyebab terjadinya :
-          Katarak primer : penyebab terjadinya akibat gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
-          Katarak Sekunder : terjadi akibat tindakan pembedahan lensa.
-          Katarak komplikata : terjadi akibat komplikasi dari penyakit mata atau sistemik yang lain.
-          Katarak Diabetik
·         Berdasar usia
-          Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
-          Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
-          Katarak Senil, katarak setelah usia 50 tahun.
o   Katarak insipien adalah kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Katarak imatur adalah sebagian lensa keruh
o   Katarak matur : kekeruhan telah memenuhi seluruh lensa
o   Katarak Hipermatur : Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lunak dan mencair.
(Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital.)
·         Berdasar konsistensi
-          Katarak cair
-          Katarak lunak
-          Katarak keras
·         Berdasar stadium penyakit
-          Katarak insipien adalah kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Katarak imatur adalah sebagian lensa keruh
-          Katarak matur : kekeruhan telah memenuhi seluruh lensa
-          Katarak Hipermatur : Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.
·         Berdasar lokalisasi anatomis lensa yang terkena
-          Katarak kortikal anterior
-          Katarak kortikal posterior
-          Katarak nuklear
-          Katarak subkapsular
-          Katarak Total
·         Berdasar bentuk atau pola kekeruhan lensa
-          Katarak polaris anterior
-          Katarak polaris posterior
-          Katarak Lamelar atau Zonular
-          Katarak sentral
F. PATOFISIOLOGI KATARAK UMUM
Konsep penuaan :
1.      Teori putaran biologik
2.      Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kaliàmati
3.      Imnunologis : dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel
4.      Teori mutasi spontan
5.      Teori “a free radical”
a.       Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediet reaktif kuat
b.      Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
c.       Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan Vit E
6.      Teori A Cross Link
7.      Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein sehingga menggganggu fungsi lensa
Perubahan Lensa pada usia lanjut :
a.       Kapsul
·         Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
·         Mulai presbiopia
·         Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
·         Terlihat bahan granular
b.      Epitel makin tipis
·         Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat
·         Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c.       Serat Lensa
·         Lebih irregular
·         Pada korteks jelas kerusakan serat sel
·         Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nukleus ( histidin, triptofa, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histin dan triptofan dibanding normal.
·         Korteks tidak berwarna karena :
o   Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
o   Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Patofisiologi terjadinya katarak senilis cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Namun kemungkinan, patogenesis penyakit ini melibatkan banyak faktor. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat sementara daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras, disebut nuklear sklerosis.
Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel lensa berubah seiring bertambahnya usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel epitelial dan penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells). Walaupun epitel lensa yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik yang rendah, akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan lensa.
Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan rasio air dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan oksidatif pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya katarak senilis. Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air, fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin. Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata
Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membertuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
Gambar 3 katarak insipen
Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yagn lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lens. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortkes yang mengakibatkan lensa menjadi cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata akan lebih sempit. Pada stadium ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris pada keaadan ini positif.
Gambar 4 Katarak Immatur
Katarak matur
Kekeruhan telah memenuhi seluruh lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh yang bila lama akan mengakibatklan klasifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yagn keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Gambar 5 Katarak matur
Katarak Hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek atau mencair. Masa lensa yagn berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi menegecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinni menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar maka korteks akan memperlihatkan bantuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Gambar 6 Katar Hipermatur


Bentuk katarak senil
Nuclear cataractCortical cataractPosterior capsular cataract
Nuclear cataract          Cortical cataract          Posterior capsular cataract
Gambar 7 bentuk katarak
       I.            Katarak Nuklear : Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi slerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut katratak brunesen atau nigra. 1
Gambar 8 Katarak Nuklear

    II.            Katarak Kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.
Gambar 9 Katarak kortikal
 III.            Katarak Kupuliform : dapat terjadi pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakan dengan katarak komplikata.
H. PATOFISIOLOGI KATARAK TRAUMATIK
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentralterdapat zona nucleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nucleus. Opasitas kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nam[ak seperti Kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari bahan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan pengelihatan mengalami distorsi.
                    i.            Luka memar/ tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun. Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat tersebut kadang cukup sulit untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya tersebut. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.



 








 Gambar 1. Cincin Vossius
                  ii.            Luka Perforasi 
 Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi (contoh : gelas yang pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan pencegahann terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti di atas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior.
 Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia pasien. Saat kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya secara berangsur-angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reksi inflamasi seperti halnya pada anak namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi, dan jaringan fribrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil.
 Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata. Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara Elschnig.
Gambar 2. Cincin Soemering


Gambar 3. Mutiara Elschnig
(Disitasi dari kepustakaan no. 8)

c. Radiasi
 Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya katarak. Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang pendek (tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superfisial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder’ flash”. Sinar infra merah yang berkepanjagan (prolong), juga dapat menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja, namun penggunaan kacamata pelindung dapat setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat mengakibatkan katarak.
Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X. Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan berbentuk roset (rosette cataract), biasanya pada daerah aksial yang melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang ditemukan).

d. Kimia
 Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan PH cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.











BAB III
TINJAUAN TEORI DUA
A. Nutrisi pada Penderita Gangguan Mata
Kekurangan gizi dapat secara langsung mempengaruhi fungsi mata atau meningkatkan kerentanan terhadap masalah degeneratif seperti katarak dan degenerasi makula .
        i.            Penyebab katarak
Katarak terjadi ketika protein tertentu di dalam lensa menjadi rusak. Kerusakan pada enzim yang diperlukan untuk menghilangkan protein abnormal juga dapat terjadi. Kerusakan ini mungkin disebabkan oleh radikal bebas yang dihasilkan oleh paparan berulang terhadap sinar ultraviolet dan oksigen. Katarak bisa terbentuk ketika oksidatif stres pada lensa melebihi kapasitas sistem antioksidan untuk melindungi hal itu, yang terjadi semakin dengan usia. Penyebab lainnya termasuk paparan sinar-X atau sinar matahari yang kuat, penyakit mata inflamasi, obat-obatan tertentu (seperti kortikosteroid), atau komplikasi penyakit lain seperti diabetes . Mereka lebih sering terjadi pada orang tua tetapi bayi dapat lahir dengan katarak. Keturunan mungkin memainkan peranan dalam kerentanan terhadap katarak.

      ii.            Vitamin, mineral dan katarak

Ø  Karotin

Para peneliti yang terlibat dalam Nurses Health Study meneliti hubungan antara perkembangan katarak dan berbagai asupan makanan dan antioksidan vitamin di lebih dari 50 000 perempuan. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa mereka yang tinggi beta karoten dan vitamin A intake kurang kemungkinan untuk mengembangkan katarak. Mereka yang diet bayam terkandung juga tampaknya memiliki resiko yang lebih rendah. Para peneliti menyimpulkan bahwa diet karoten , meskipun tidak selalu beta karoten , dapat mengurangi risiko katarak cukup berat sehingga memerlukan ekstraksi.
Dalam sebuah penelitian tahun 1992, peneliti Finlandia membandingkan perbedaan tingkat beta karoten antara pasien dirawat di bangsal mata untuk katarak senilis dan mereka tanpa gangguan mata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan konsentrasi rendah beta karoten adalah 1,7 kali lebih mungkin menderita katarak kerusakan. Selain melindungi terhadap radikal bebas, beta karoten juga dapat bertindak sebagai filter dan melindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cahaya ke bagian serat dari lensa mata.
Lain karoten juga dapat menggunakan efek protektif. Dalam sebuah penelitian tahun 1997, peneliti di Arizona State University dinilai hubungan antara pigmen karotenoid dalam retina mata, termasuk lutein dan zeaxanthin, dan kepadatan mengaburkan dalam lensa. Penelitian ini melibatkan orang muda (usia 24-36 tahun) dan orang-orang tua (umur 48-82 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan lensa meningkat dengan umur, dan bahwa peningkatan itu terkait untuk menurunkan pigmen makula karoten .

Ø  Riboflavin

Kekurangan riboflavin dapat berhubungan dengan perkembangan katarak. Para peneliti yang terlibat di New York State kekeruhan lensa Studi Kasus-Kontrol dinilai faktor risiko untuk berbagai jenis katarak di antara 1.380 peserta berusia 40 hingga 79 tahun. Mereka menemukan peningkatan risiko dengan tingkat rendah beberapa nutrisi termasuk riboflavin mata.  Riboflavin diperlukan untuk aktivitas enzim yang diberikannya efek pelindung pada.

Ø  Antioksidan

Seperti kerusakan oksidatif diyakini berperan dalam perkembangan penyakit mata, dan katarak tertentu dan degenerasi makula, banyak studi penelitian telah menyelidiki kemampuan antioksidan vitamin dan trace mineral untuk mencegah terjadinya atau perkembangan dari gangguan. Dasar studi penelitian telah menunjukkan bahwa antioksidan dapat melindungi terhadap efek kumulatif dari oksidatif stres pada model binatang dari degenerasi makula dan katarak. Bukti epidemiologi pada manusia menunjukkan bahwa orang dengan asupan yang relatif lebih tinggi atau konsentrasi darah vitamin antioksidan berada pada penurunan risiko katarak dan degenerasi makula.

Ø  Vitamin A

Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama kebutaan dapat dicegah di dunia. Vitamin A berperan dalam menjaga kornea dan meningkatkan visi malam melalui senyawa yang dikenal sebagai ungu visual. Salah satu gejala pertama dari vitamin A adalah kekurangan kebutaan malam, dan berkepanjangan menyebabkan kekurangan xeroftalmia, suatu kondisi di mana mata menjadi kering, ulkus muncul pada kornea, dan kelopak mata menjadi bengkak dan lengket. Kondisi ini akhirnya menyebabkan kebutaan.

Ø  Vitamin B

Beberapa kekurangan vitamin B dapat menyebabkan abnormal fungsi mata. Riboflavin dapat menyebabkan keengganan untuk cahaya terang, keremangan visi dan membakar dan gatal-gatal di mata. Asupan rendah harus terjadi selama beberapa bulan sebelum gejala muncul. Tingkat rendah riboflavin juga dapat menyebabkan katarak dan degenerasi makula. Rendahnya tingkat vitamin B12 juga dapat menyebabkan visi miskin.

Ø  Vitamin C

Vitamin C isi mata adalah 20 kali lebih besar daripada dalam darah. Hasil dari beberapa penelitian, termasuk Beaver Dam Eye Study, menunjukkan bahwa orang dengan kadar vitamin C tinggi memiliki risiko katarak kurang dibandingkan dengan rendahnya tingkat vitamin C bisa. Vitamin C menyebabkan lebih mengikat besi-protein, feritin, untuk dihasilkan yang dapat mengurangi kerusakan oksidatif dilakukan oleh besi. Vitamin C dapat bertindak untuk melindungi enzim dalam lensa yang rusak menghapus-protein oksidasi.
Hasil dari Nurses Health Study yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan bahwa risiko katarak adalah 45 persen lebih rendah di antara perempuan yang menggunakan suplemen vitamin C selama sepuluh tahun atau lebih.
Selanjutnya hasil dari penelitian ini dilaporkan tahun 1997 di American Journal of Clinical Nutrition juga menunjukkan bahwa suplemen vitamin C diambil untuk waktu yang lama dapat mengurangi perkembangan katarak. Para peneliti dari Departemen Pertanian AS dan Harvard School of Public Health meneliti kaitan antara pembangunan katarak dan vitamin C menggunakan suplemen selama sepuluh untuk periode 12 tahun. Para peneliti melakukan pemeriksaan mata lengkap untuk menentukan tingkat opacity (mengaburkan) dari lensa mata subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan suplemen vitamin C selama lebih dari sepuluh tahun dikaitkan dengan prevalensi 77 persen lebih rendah dari kekeruhan lensa persen awal dan 83 persen per prevalensi rendah dari kekeruhan lensa moderat.

Ø  Vitamin E

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa katarak cortical lebih mungkin ketika plasma vitamin E konsentrasi rendah. Sebuah studi 1996 Finlandia lebih dari 400 laki-laki ditemukan peningkatan risiko katarak pada mereka dengan kadar vitamin E rendah. Para peneliti mengevaluasi hubungan antara kadar vitamin E dan perkembangan dari kekeruhan lensa mata pada 410 pria dengan tinggi kolesterol . Hasil penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan kadar vitamin E rendah hampir empat kali risiko kekeruhan lensa bila dibandingkan dengan orang-orang dalam kelompok asupan tertinggi.















BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Ny. Karti (65 th), mengeluh beberapa bulan terahir pandangannya agak buram, seperti ada kabut yang menutupi pandangannya. Jika terkena sinar langsung, Ny.Karti merasa silau sekali, tetapi pada saat membaca dia memerlukan sinar yang terang. Hasil pemeriksaana mata ditemukan gangguan visual dan tampak lensa mata keruh tertutup warna putih seperti susu pada bagian pinggir lensa.
1.      Fisisologi, patofisiologi, farmakologi, nutrisi
2.      Asuahn keperawatan.
DIAGNOSA
1.   Gangguan sensori – perceptual bd gangguan penerimaan sensori
-       Kemungkina dibuktikan dengan: menurunnya ketajaman pengelihatan, gangguan pengelihatan.

HASIL YANG DIHARAPKAN
INTERVENSI
RASIONAL
-    meningkatnya ketajaman pengelihatan dalam batas situasi individu
-    Mengidentifikasi  atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

-    Tentukan ketajaman pengelihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat







-    Orientasi pasien terhadap lingkungan dan orang sekitar


-    Observasi tanda dan gejala – gejala diserientasi: pertahankan pagar tempat tidur sampai benar- benar sembuh.
-    Perhatikan tentang suram atau pengelihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
-    Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan pengelihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata bisa berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki perprosedur.
-   Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas.
-   Ternangun dalam lingkungan yang tak dikenal dan mengalami keterbatasan pengelihatan dapat mengakibatka bingung pada orang tua. Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung pada orng tua. Menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung / tak kenal ukuran tempat tidur.
-   Ganggua pengelihatan / iritasi dapat barahir 1-2 jam setelah tetesan mata, tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

2.      Resiko terhadap cidera bd kerusakan pengelihatan atau kurangnya pengelihatan
Hasil yang diharapkan
Intervensi
Rasional
Ø Meminta bantuan untuk ambulasi bila ada indikasi.
Ø Mampu melakukan maneuver dengan aman di lingkungan.
Ø Mengenakan alat pelindung yang perlu selama waktu yang ditentukan
Ø Manipulasi kelopak mata hanya dilakukan dengan meletakkan jari pada tulang orbita
Ø Tidak ada cidera pada mata.
Ø Bantu pasien ketika mampu melakukan dan keterampilan koping yang memadai
Ø Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja-kursi tanpa pasien diorientasi dulu.
Ø Orientasikan pasien pada ruangan
Ø Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan.
Ø Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
Ø Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Ø Menurunkan resiko jatuh atau cidera ketiak langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan pengelihatan.
Ø Memfasilitasi kemandirian pasien dan menurunkan resiko cidera.
Ø Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
Ø Temang logam atau kacamata dapat mengakibatkan kerusakan serius lebih lanjut
Ø Cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.

3.      Gangguan harga diri bd perubahan citra diri, panampilan.